Website

Search

Color Psychology UI/UX: Cara Brand Viral Mengontrol Emosi User dengan Warna

Color Psychology UI/UX: Cara Brand Viral Mengontrol Emosi User dengan Warna

Halo Risers! 🙌  

Permah nggak sih kamu waktu merasa tenang ketika melihat warna biru, atau tiba-tiba excited pas lihat warna merah? Nah, itu bukan kebetulan lho! Ternyata ada ilmu di baliknya, namanya  psychology of color . Di dunia desain UI/UX, pemahaman ini sangat krusial karena warna bisa mempengaruhi keputusan user sampai tingkat konversi website.  

📚 Baca juga:  KENALI DULU! 10 Prinsip Dalam UX Design  

Apa Itu  Psychology of Color ?  

image-110.jpeg  

Psychology of Color adalah sebuah studi tentang bagaimana warna mempengaruhi persepsi dan perilaku manusia. Dalam konteks UI/UX,  color psychology  adalah studi tentang bagaimana warna mempengaruhi perilaku dan emosi manusia yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk mempengaruhi keputusan user.  

 

Ada yang menarik! Dikutip  Help Scout tentang “Impact of color on Marketing” menemukan kalau 90% penilaian cepat terhadap produk bisa berdasarkan warna semata. Bayangin aja, 9 dari 10 orang menilai produk dari warnanya dulu! Makanya, pemilihan warna dalam desain UI/UX ini nggak bisa sembarangan.  

Teori Dasar Psikologi Warna  

Secara ilmiah, warna mempengaruhi sistem limbik di otak kita yang mengatur emosi dan memori. Ketika mata menangkap cahaya dengan panjang gelombang tertentu, otak langsung menginterpretasikannya sebagai warna dan memicu respons emosional. Inilah kenapa kita bisa langsung merasa “adem” lihat biru atau “semangat” lihat merah.  

Lalu, Dampak Warna terhadap  Conversion Rate itu Apa?  

image-111.jpeg
Image by:  Freepik  

  Nah, ini yang paling bikin excited pada designer dan marketer. Memilih warna yang tepat dapat secara signifikan mempengaruhi emosi dan perilaku yang bisa meningkatkan tingkat konversi hingga 40%. Angkan yang fantastis, ‘kan?  

 

Di sisi lain, warna juga berperan penting dalam membentuk persepsi brand dan dapat meningkatkan konversi hingga 80%. Ini membuktikan kalau warna itu bukan cuma soal estetika, tapi juga strategi bisnis yang powerful.  

Psikologi warna Spesifik dalam UI/UX  

Psikologi Warna Merah  

2-2.jpg

Merah punya “superpower” khususnya dalam dunia desain - warna ini sering dimanfaatkan untuk menciptakan efek dramatis yang  instantly    menarik perhatian - makanya brand olahraga, platform sosial, atau perusahaan yang ingin menonjolkan keberanian mereka kerap menggunakan warna ini.   

 

Menariknya lagi, riset “ The Influence of Color on Consumer Behavior ” membuktikan bahwa merah mampu meningkatkan stimulasi fisik dan emosional pengguna, menjadikan pilihan yang strategis untuk lemen-elemen  interface yang butuh immediate attention .  

Psikologi Warna Biru  

3-1.jpg

Kalau merah bikin semangat, biru justru punya efek sebaliknya - warna ini bikin kita merasa tenang, aman, dan percaya. Makanya nggak heran kalau biru jadi favorit untuk desain yang pengen keliatan profesional dan  trustworthy.  Kamu pasti sering liat bank, fintechm atau perusahaan teknologi pakai biru kan? Itu bukan kebetulan lho! Dikutip dari penelitian dari The Logo Company, biru menciptakan persepsi tentang kepercayaan, kehandalan, dan efisiensi . tiga hal ini sangat penting untuk bisnis yang handle data atau uang kita.   

 

Dalam praktik desain UI/UX, biru juga sering diaplikasikan pada elemen navigasi dan fitur security, memberikan sinyal visual bahwa “tenang aja, kamu aman di sini” kepada user.  

Psikologi Warna Hijau  

4-1.jpg

Nah, kalau ngomongin hijau, warna ini langsung bikin kita mikir tentang alam, kesegaran, dan hal-hal yang healthy. Dalam desain UI/UX, hijau punya kemampuan unik untuk menciptakan suasana yang tenang sekaligus natural - perfec t banget untuk brand yang bergerak di bidang lingkungan, pertanian, atau kesehatan. Dikutip dari “ The Role of Color in Marketing ” menginformasi bahwa hijau adalah pilihan go-to untuk produk atau layanan yang fokus pada kesehatan, environment,  dan sustainability  

Yang bikin menariknya lagi, hijau juga punya makna psikologis “go ahead” atau “aman untuk melanjutkan”, makanya tombol “submit” atau “check out” sering pakai hijau, korean secara  subconscious  memberikan kesan  fresh, healthy, dan ecofriendl y yang bikin suara lebih confident untuk take action.  

Psikologi Warna Kuning  

5.jpg

Siapa yang nggak suka lihat kuning? Warna ini  practically sunshine  dalam bentuk visual yang langsung bikin suasana jadi cheerful, warm, dan penuh energi positif. Di desain UI/UX, kuning punya keluaran untuk  instantly grab attention  sambil menciptakan atmosfer yang  bright  dan  welcoming . Makanya brand makanan, travel, atau entertaiment sering banget pakai warna kuning, mereka pengen user langsung merasa happy dan excited. Dikutip  “Impact of Color on Marketing ”, warna kuning bisa  boost moos  dan menciptakan perasaan gembira secara psikologis.  

Tapi hati-hati ya! Penggunaan warna kuning harus  strategic  - terlalu banyak bisa  overwhelming,  tapi kalau dosisnya pas, kuning bisa bikin  interface- mu terasa menyenangkan dan  irresistible  buat user!  

Psikologi Warna Cokelat  

8.jpg

Cokelat mungkin jarang jadi pilihan utama, tapi jangan salah! Warna ini punya  charm  tersendiri yang bikin user merasa hangat, nyaman, dan  grounded.  Di desain UI/UX, warna coklat menciptakan atmosfer yang  welcoming  dan  down-to-earth,  cocok banget untuk brand yang ingin menampilkan sisi authentic mereka. Kamu pasti sering lihat kafe, restoran, hotel, atau produk organis pakai cokelat kan? Itu karena warna ini  naturally connected  dengan  earth,  makanan, dan kenyamanan.   

 

Dikutip “ The Impact of Marketing ”, cokelat adalah pilihan strategis untuk produk makanan atau  anything natural  karena secara psikologis memberikan kesan  reliable, comforting,  dan  genuine - perfect  untuk brand yang ingin  build emotional connection  dengan user melalui  sense of warmth  dan  simplicity.  

Psikologi Warna Ungu  

6-1.jpg

Ungu itu warna yang sophisticated dan punya aura “special”, enggak semua brand pakai dan justru di situlah kekuatannya. Di desain UI/UX, ungun diciptakan kesan  luxury, creativity,  dan  exclusivity  yang bikin user merasa mereka berinteraksi dengan  something premium . Makanya brand  fashion, beauty, art platform, atau layanan  high-end sering banget pilih ungu sebagai  signature color mereka.  

 

Dikutip “Color in Marketing” menemukan jika ungu adalah pilihan yang strategis untuk merk yang ingin menampilkan keunggulan, eksklusivitas, dan imajinasi, tiga elemen yang powerful untuk  differentiation . Menariknya, ungu punya  dual personality:  bisa terlihat  regal dan  misterius (dark purple) atau playful dan modern (bright purple), jadi penggunaannya dalam interface bisa sangat versatile untuk menciptakan impact  yang kuat dan  captivating bagi user.  

Psikologi Warna Hitam  

7.jpg

Hitam itu  timeless  - warna yang  never goes out of style dan selalu berhasil menciptakan kesan  powerful, elegant, dan eksklusif. Di desain UI/UX, hitam adalah pilihan  bold until brand yang ingin terlihat sophisticated dan  premium, menciptakan visual impact yang  strong sekaligus modern.  Luxury brands high-end product s, atau layanan eksklusif hampir selalu  incorporate hitam dalam desain mereka karena alasan yang kuat. Dikutip “ The Role of Color in Marketing ”, hitam adalah  go-to color  untuk produk atau layanan yang fokus pada kemewahan dan eksklusivitas.   

 

Selain itu yang bikin warna hitam makin  powerful , warna ini juga menciptakan kontras maksimal yang bikin elemen lain di  interface stand out - perfect untuk  typography product photos , atau  call-to-action buttons yang butuh maximum visibility dengan tetap  maintain aura prestige .  

Psikologi Warna Putih  

10.jpg

Di sisi lain spektrum, putih adalah master of simplicity, warna yang menciptakan kesan  clean, pure , dan  effortless . Di desain UI/UX, putih jadi foundation favorit karena memberikan  breathing space  yang bikin  interface  terasa lapangan dan  organized Brand tech, healthcare , atau perusahaan yang ingin menampilkan  profesionalisme  sering mengandalkan putih sebagai  base color mereka.   

 

Dikutip “ The Role of Color in Marketing ”, putih menunjukkan sangat efektif untuk menciptakan tampilan yang bersih dna terstruktur dengan baik. Lebih pentingnya lagi, putih punya keajaiban tersendiri, dia bikin content dan visual elements lain jadi lebih  readable dan fokus, menciptakan user  experience yang  smooth dan nggak  overwhelming . Makanya konsep "white space" atau "negative space" jadi  fundamental principle dalam modern UI/UX design!  

Psikologi Orange  

9.jpg

Orange itu kayak perpaduan sempurna antara  energy merah dan  cheerfulness kuning - hasilnya? Warna yang  vibrant, friendly , dan  impossible to ignore ! Di desain UI/UX, orange punya kemampuan unik untuk  grab attention  tanpa terasa terlalu  aggressive  seperti merah, sambil tetap menciptakan vibe  yang  playful dan creative . Brand seni, olahraga, atau perusahaan yang ingin tampil  energetic dan  approachable sering memilih orange sebagai signature color  mereka.  

 

Dikutip “ The Influence of Color on Consumer Behavior ”, orange mampu meningkatkan stimulasi emosional dan sangat efektif untuk menarik perhatian user, makanya kamu lihat  call-to-action buttons  atau  promotional banners  pakai  orange.  Spesialnya lagi, warna ini menciptakan  sense of enthusiasm  dan  confidence  yang bikin user merasa  excited  untuk  explore  lebih lanjut tanpa  feeling overwhelmed!  

Psikologi Warna Pink  

12.jpg

 Pink punya reputasi sebagai warna feminin, tapi sebenarnya spektrumnya jauh lebih luas dari itu - dari  soft pastel yang  gentle sampai  hot pink yang bold dan empowering . Di desain UI/UX, pink menciptakan atmosfer yang  warm, playful,  dan  approachable, perfect  untuk brand yang ingin  build emotional connection dengan audience mereka. Meskipun traditionally associated dengan produk wanita atau anak perempuan, modern brands mulai mengeksplorasi pink untuk berbagai segmen karena  versatility -nya.   

Dikutip  “The Influence of Color on Consumer Behavior” , pink menciptakan persepsi tentang kelembutan, keceriaan, dan youthfulness . Tiga elemen yang  powerful untuk  engagement . Yang menarik, pink juga punya  psychological effect yang bikin user merasa  welcomed dan  comfortable , makanya banyak apps dan  websites menggunakan pink  accent untuk softening tampilan  interface dan menciptakan  user experience yang  friendly  sekaligus memorable !  

Psikologi Mint Green  

11.jpg

Mint green adalah breath of fresh air dalam dunia UI/UX. Warna yang instantly bikin  interface terasa  light, clean, dan  rejuvenating . Dalam desain digital, mint menciptakan atmosfer yang  calming tapi tetap  energizing , berbeda dengan hijau tua yang bisa terasa  too earthy atau hijau neon yang  overwhelming . Wellness apps skincare brands , dan  eco-friendly products sering memilih mint karena warna ini  associated dengan  freshness dan  new beginnings . Dikutip  International Journal of Research in Marketing light green shades seperti mint meningkatkan persepsi  naturalness dan  healthiness produk hingga 65%.   

 

Yang bikin  mint versatile , warna ini  works beautifully sebagai  primary color untuk  full interface atau sebagai  accent  yang memberikan  pop of freshness - plus, mint super friendly di mata user untuk long browsing sessions tanpa  causing fatigue!  

Dampak Psikologis dalam  User Experience  

#1  Navigation Behaviour: Panduan Visual yang Powerful  

Warna membantu user memahami hierarki informasi dengan menciptakan visual hierarki dan  highlighting interactive elements . Bayangin kalau semua tombol di website punya warna yang sama - pastii user bingung mana yang penting, ‘kan?  

Contoh praktisnya:   

  • Primary action (seperti "Beli Sekarang") biasanya pakai warna kontras tinggi seperti oranye atau merah  
  • Secondary action (seperti "Simpan ke Wishlist") pakai warna yang lebih soft  
  • Navigasi menu menggunakan warna konsisten untuk membantu user orientasi  


Dalam  digital psychology,  salah satu skill fundamental yang perlu dikuasai adalah seni mengontrol ke mana user melihat. Kalau suer nggak notice sistem navigasi, teknologi kita jadi nggak  usable .  

#2  Emotional Response:  Menciptakan Mood yang Tepat  

Warna punya kekuatan yang luar biasa lho dalam mempengaruhi mood user.  Dating App    mungkin menggunakan warna hangat dan mengundang untuk menciptakan rasa romantis dan koneksi, sementara aplikasi meditasi bisa menggunakan biru dan hijau yang menenangkan untuk mempromosikan relaksasi.  

 

Aplikasi seperti Spotify yang menggunakan warna hijau neon yang  energetic  untuk membangkitkan semangat, sementara aplikasi banking pakai biru untuk memberikan rasa tenang dan  secure .  

#3  Decision Making:  Mempengaruhi Kecepatan Keputusan  

Dengan memanfaatkan warna kontras untuk  primary calls-to-action dan menggunakan nuansa  subtle untuk elemen sekunder, designer dapat mengarahkan fokus user  towards key actions .  

  • Warna merah dapat meningkatkan  urgency dan mempercepat keputusan  impulse buying  
  • Warna hijau memberikan "green light" psikologis yang membuat user lebih  confident untuk  proceed  
  • Warna biru membantu user merasa  calm saat membuat keputusan finansial yang penting  

#4  Brand Perception: First Impression  yang  Lasting  

Designer dapat menyampaikan  meaning, hierarchy , dan  organization of information  melalui warna. Ini langsung mempengaruhi bagaimana user mempersepsikan kualitas dan kredibilitas brand.    
 

User cenderung menilai:   

  • Profesionalisme : Brand dengan konsistensi warna dinilai lebih professional  
  • Trustworthiness : Warna biru dan hijau meningkatkan trust level  
  • Innovation : Kombinasi warna yang bold dan modern menunjukkan brand yang innovative  
📚 Baca juga:  Mengenal 5 Elemen UX Design: Panduan Dasar Buat Pemula  

Konteks adalah Segalanya  

Yang perlu diingat, efek warna bisa berbeda antara satu orang dengan lainnya. Kita nggak bisa bilang kalau orang yang berbeda akan merasakan emosi yang sama hanya dengan melihat warna yang sama.  

Faktor budaya, pengalaman personal, dan konteks sangat mempengaruhi persepsi warna. Misalnya, di budaya Barat putih identik dengan kemurnian, tapi di beberapa budaya Asia, putih bisa diasosiasikan dengan berkabung.  

Tips Praktis Menggunakan Color Psychology  

  1. Kenali Target Audience  

Sebelum memilih palet warna, penting untuk memahami demografi, budaya, dan preferensi target user. Riset mendalam tentang audience akan membantu menentukan warna yang tepat.  

  1. Tes dan Iterasi  

Testing dan iterasi sangat penting untuk mengoptimalkan desain. Jangan hanya mengandalkan teori, lakukan A/B testing untuk melihat warna mana yang paling efektif untuk audience spesifik kamu.  

  1. Perhatikan Kontras dan  Accessibility  

Pastikan kombinasi warna yang dipilih memiliki kontras yang cukup untuk readability dan accessibility. Tools seperti WebAIM Color Contrast Checker bisa membantu memastikan desain kamu inclusive.  

  1. Konsistensi Brand  

Warna yang dipilih harus sejalan dengan brand personality dan values. Pendekatan yang thoughtful dan deliberate terhadap warna dalam desain UX dapat meningkatkan user experience , memperkuat  brand presence , dan memberikan kontribusi signifikan.  

Contoh Penggunaan Warna dalam UI/UX  

#1 KitKat: Merah Menggoda  

image-118.png

KitKat menggunakan warna merah yang sangat kuat dan  instantly recognizable  dalam desain dan branding mereka. Kombinasi antara merah dan putih KitKat membangkitan perasaan  excitement  dan  satisfaction , menciptakan  sense of urgency  yang mendorong user untuk segera “Have a Break, have a KitKat”. Begitupun dengan website KitKat menampilkan logo dengan tulisan putih yang  striking    di atas background merah, strategi yang membuat brand ini  stand out  dan  memorable  di pasar global.  

#2 LinkedIn: Biru yang Dipercaya  

 

image-114.png
  Image by:  Sketch Elements  

 

Platform media sosial ini memilih biru untuk membangun  trust dan  profesionalisme .  LinkedIn pakai biru tua yang lebih  corporate . Hasilnya? User merasa aman sharing informasi personal dan profesional.  

#3 Spotify: Hijau yang  Energic  

image-113.png
Image by:  Spotify Newsroom  

 

Spotify memilih hijau neon yang  bold dan energetic , mencerminkan semangat musik dan kreativitas. Warna ini membantu brand terlihat modern dan  youthful , sesuai dengan target  audience mereka.  

📚 Baca juga:  Apa Itu Revamp? Panduan Lengkap Revamp UI/UX untuk Pemula  

Kesimpulan  

Psikologi warna dalam desain UI/UX bukan sekadar teori, melainkan strategi powerful yang terbukti meningkatkan engagement dan konversi. Fakta ini didukung data bahwa 90% penilaian produk dipengaruhi warna dan dapat melipatgandakan pengenalan merek hingga 80%. Bagi desainer modern, menguasai aspek ini wajib hukumnya, namun implementasi yang efektif (seperti pada Netflix atau Tokopedia) menuntut pemahaman mendalam tentang audiens, psikologi pengguna, dan pengujian sistematis, menjadikannya perpaduan seni dan ilmu yang harus dieksekusi dengan tepat.  

 

Kalau kamu memang serius mau mengembangkan  skill UI/UX Design dan benar-benar ingin menguasai psikologi warna dalam praktik  real  

Bootcamp UI/UX Designer dari Harisenin.com  bisa jadi pilihan yang tepat banget. Di sana, kamu nggak cuma dijejali teori, tapi langsung diajak praktik menerapkan psikologi warna di proyek nyata, bedah  case study mendalam dari  brand-brand besar, sampai belajar metodologi A/B  testing untuk optimasi warna berbasis data.   

 

Masih ragu dan mau konsultasi dulu seputar karir UI/UX? Klik link  di sini  

Agnest Aprillia

Agnest Aprillia