“Jujur deh, Risers! kamu terakhir kali percaya sama iklan kapan?”
Sekarang kayaknya susah ya, bedain mana yang iklan beneran, mana yang cuma endorse-an . Tapi anehnya, kalau liat orang biasa cerita jujur di TikTok tentang produk yang dia coba, kok malah lebih percaya? Nah, inilah yang disebut User Generated Content (UGC), konten yang lahir dari pengalaman nyata pengguna.
Fenomena ini bikin banyak brand sadar ternyata, Gen Z (iyess, kamu) lebih percaya sesama pengguna daripada brand itu sendiri. Tapi... kenapa bisa gitu, sih?

1. Karena UGC terasa lebih jujur dan “nyata”
Risers , kita tumbuh di era digital yang udah kebal sama iklan. UGC terasa lebih real karena datang dari pengalaman asli pengguna, bukan hasil skrip marketing . Entah itu review jujur di TikTok, foto before-after di Instagram, atau komentar di e-commerce , semua punya vibe yang lebih dipercaya. Gen Z lebih responsif terhadap konten yang autentik dan relate ketimbang iklan yang terlalu “salesy” .
2. Gen Z lebih suka authenticity daripada aesthetics
Buat Gen Z, lighting sempurna dan feed rapi bukan segalanya. Soalnya yang penting tuh kejujuran. Video handheld , muka polos tanpa filter , bahkan review spontan di kamar, itu malah lebih menarik. Karena keaslian lebih berharga daripada tampilan yang “terlalu diset.”
3. Gen Z percaya pada orang nyata, bukan brand besar
Iklan kadang terasa jauh. Tapi kalau teman atau sesama pengguna bilang “produk ini beneran bagus!”, rasanya langsung percaya. Itulah kenapa review , testimoni, dan konten buatan pengguna bisa lebih ngaruh daripada campaign iklan jutaan rupiah.
Apa Bedanya UGC dan Influencer Marketing?
Biar nggak bingung, yuk bedain dulu dua hal ini, Risers!

1. Siapa yang bikin kontennya
- UGC: Dibuat oleh pengguna biasa (bisa siapa aja) yang beneran pakai produknya.
- Influencer Marketing: Dibuat oleh kreator yang dibayar buat mempromosikan produk. Biasanya kontennya lebih terkonsep & punya arahan dari brand.
2. Tujuan & gaya penyampaiannya
- UGC: Tujuannya berbagi pengalaman asli. Gayanya santai, kayak ngobrol sama temen.
- Influencer Marketing: Fokus ke awareness & penjualan, jadi pesannya lebih terarah dan persuasif.
Influencer masih efektif untuk menarik perhatian Gen Z, tapi mereka harus bisa tampil jujur dan nggak terlalu “jual banget.” Kalau nggak, trust -nya bisa hilang.
3. Tingkat kepercayaan audiens
Risers , sadar nggak? Sekarang banyak influencer yang promosi produk hampir tiap minggu. Itu bikin sebagian audiens jadi mikir: “beneran suka, atau cuma dibayar?”
Sementara UGC yang muncul organik terasa lebih tulus. Karena itu, brand mulai menggabungkan dua strategi ini buat hasil maksimal. Influencer marketing tetap penting buat reach , tapi UGC jadi pondasi buat trust .
Kalau digabung, dua-duanya bisa bantu brand kelihatan lebih “manusiawi” dan dipercaya Gen Z.
Apa yang Bisa Dipelajari Brand dari Hal Ini?
1. Jadikan pelanggan sebagai bagian dari cerita
Brand yang cerdas nggak cuma ngomong, tapi dengerin. Ajak pelanggan buat bikin review , share pengalaman, atau ikutan campaign tertentu.
2. Utamakan storytelling , bukan selling
Gen Z lebih connect sama cerita, bukan promosi. Cerita tentang “gimana produk ini bantu aku waktu struggling ” jauh lebih powerful daripada “beli sekarang diskon 50%”.
Jika ingin belajar strategi lainnya, kamu bisa ikut Bootcamp Digital Marketing Harisenin.com atau Bootcamp Social Media Specialist & Copywriting Harisenin.com supaya kamu bisa belajar dari para mentor yang ahli di bidangnya!