Website

Search

Kenapa Gen Z Lebih Percaya UGC Daripada Iklan Biasa?

Kenapa Gen Z Lebih Percaya UGC Daripada Iklan Biasa?

“Jujur deh, Risers! kamu terakhir kali percaya sama iklan kapan?”    
Sekarang kayaknya susah ya, bedain mana yang iklan beneran, mana yang cuma  endorse-an . Tapi anehnya, kalau liat orang biasa cerita jujur di TikTok tentang produk yang dia coba, kok malah lebih percaya? Nah, inilah yang disebut User Generated Content (UGC), konten yang lahir dari pengalaman nyata pengguna.  

Fenomena ini bikin banyak brand sadar ternyata, Gen Z (iyess, kamu) lebih percaya sesama pengguna daripada brand itu sendiri. Tapi... kenapa bisa gitu, sih?  

image-138.jpeg
Image by:  Unsplash    

   

1. Karena UGC terasa lebih jujur dan “nyata”  

Risers , kita tumbuh di era digital yang udah kebal sama iklan. UGC terasa lebih  real karena datang dari pengalaman asli pengguna, bukan hasil skrip  marketing . Entah itu  review  jujur di TikTok, foto  before-after  di Instagram, atau komentar di  e-commerce , semua punya  vibe  yang lebih dipercaya. Gen Z lebih responsif terhadap konten yang autentik dan relate ketimbang iklan yang terlalu  “salesy” .  

2. Gen Z lebih suka  authenticity daripada  aesthetics  

Buat Gen Z,  lighting  sempurna dan  feed rapi bukan segalanya. Soalnya yang penting tuh kejujuran.  Video handheld , muka polos tanpa  filter , bahkan review spontan di kamar, itu malah lebih menarik. Karena keaslian lebih berharga daripada tampilan yang “terlalu diset.”  

3. Gen Z percaya pada orang nyata, bukan brand besar  

Iklan kadang terasa jauh. Tapi kalau teman atau sesama pengguna bilang “produk ini beneran bagus!”, rasanya langsung percaya. Itulah kenapa  review , testimoni, dan konten buatan pengguna bisa lebih ngaruh daripada  campaign iklan jutaan rupiah.  

Apa Bedanya UGC dan  Influencer Marketing?  

Biar nggak bingung, yuk bedain dulu dua hal ini, Risers!  

image-139.jpeg
Image by:  Freepik  

 

1. Siapa yang bikin kontennya  

  • UGC: Dibuat oleh pengguna biasa (bisa siapa aja) yang beneran pakai produknya.  
  • Influencer Marketing:    Dibuat oleh kreator yang dibayar buat mempromosikan produk. Biasanya kontennya lebih terkonsep & punya arahan dari  brand.  

2. Tujuan & gaya penyampaiannya  

  • UGC: Tujuannya berbagi pengalaman asli. Gayanya santai, kayak ngobrol sama temen.  
  • Influencer Marketing: Fokus ke  awareness  & penjualan, jadi pesannya lebih terarah dan persuasif.  

Influencer  masih efektif untuk menarik perhatian Gen Z, tapi mereka harus bisa tampil jujur dan nggak terlalu “jual banget.” Kalau nggak,  trust -nya bisa hilang.  

3. Tingkat kepercayaan audiens  

Risers , sadar nggak? Sekarang banyak  influencer yang promosi produk hampir tiap minggu. Itu bikin sebagian audiens jadi mikir: “beneran suka, atau cuma dibayar?”    
Sementara UGC yang muncul organik terasa lebih tulus. Karena itu, brand mulai menggabungkan dua strategi ini buat hasil maksimal. Influencer marketing tetap penting buat  reach , tapi UGC jadi pondasi buat  trust .    
Kalau digabung, dua-duanya bisa bantu brand kelihatan lebih “manusiawi” dan dipercaya Gen Z.  

Apa yang Bisa Dipelajari Brand dari Hal Ini?  

1. Jadikan pelanggan sebagai bagian dari cerita  

Brand yang cerdas nggak cuma ngomong, tapi dengerin. Ajak pelanggan buat bikin  review share pengalaman, atau ikutan campaign tertentu.  

2. Utamakan  storytelling , bukan selling  

Gen Z lebih  connect  sama cerita, bukan promosi. Cerita tentang “gimana produk ini bantu aku waktu  struggling ” jauh lebih  powerful  daripada “beli sekarang diskon 50%”.  

Jika ingin belajar strategi lainnya, kamu bisa ikut  Bootcamp Digital Marketing Harisenin.com atau  Bootcamp Social Media Specialist & Copywriting Harisenin.com supaya kamu bisa belajar dari para mentor yang ahli di bidangnya!     

Gloria Angelica Abolla

Gloria Angelica Abolla