Jika kamu ingin menjadi fullstack web developer, salah satu hal yang perlu kamu kuasai adalah framework. Framework membantu mempercepat proses pengembangan aplikasi dengan menyediakan berbagai fitur siap pakai, sehingga kamu tidak perlu membangun semuanya dari nol.
Kalau kamu masih bingung pakai framework yang mana, artikel ini cocok buat kamu karena membahas 20 framework yang sering digunakan oleh fullstack web developer. Mulai dari framework backend, frontend, hingga fullstack yang mencakup keduanya.
Framework Backend
- Express.js
Sumber : Express.js
Jika kamu ingin membuat aplikasi backend dengan Node.js, Express.js adalah pilihan utama. Framework ini ringan, fleksibel, dan memiliki banyak middleware yang siap digunakan. Express banyak digunakan oleh perusahaan besar seperti Uber dan PayPal karena skalabilitasnya yang tinggi.
- Nest.js
Sumber : Nest.Js
Berbasis TypeScript, Nest.js adalah framework backend yang cocok untuk membangun aplikasi berukuran besar dengan arsitektur yang rapi dan modular. Framework ini menyediakan fitur Dependency Injection, Modular Architecture, dan kompatibel dengan berbagai database seperti PostgreSQL, MySQL, dan MongoDB.
- Django
Sumber : Django
Framework berbasis Python ini sangat populer karena kemudahan penggunaannya. Django menyediakan fitur keamanan bawaan yang kuat dan mengikuti prinsip "batteries included." Django juga memiliki ORM (Object Relational Mapper) yang memudahkan manipulasi database.
- Flask
Sumber : Flask
Jika kamu mencari framework Python yang lebih ringan daripada Django, Flask bisa menjadi pilihan. Cocok untuk proyek kecil hingga menengah, Flask menyediakan fleksibilitas tinggi bagi pengembang karena hanya menawarkan fitur dasar tanpa aturan ketat.
- Ruby on Rails
Sumber : Ruby on Rails
Untuk kamu yang suka Ruby , Rails adalah framework yang sangat produktif. Dengan konsep "convention over configuration," Rails membuat pengembangan lebih cepat. Framework ini sangat populer dalam pengembangan MVP (Minimum Viable Product) karena menyediakan berbagai alat otomatisasi.
- Spring Boot
Sumber : Spring Boot
Jika kamu bekerja dengan Java, Spring Boot adalah framework yang sering digunakan untuk membangun aplikasi enterprise dengan performa tinggi. Framework ini mendukung berbagai layanan cloud, microservices, dan memiliki fitur keamanan tingkat lanjut.
- Laravel
Sumber : Laravel
Framework PHP yang sangat populer ini menyediakan banyak fitur seperti autentikasi, routing, dan ORM yang memudahkan development aplikasi web. Laravel memiliki dokumentasi yang lengkap serta komunitas besar yang aktif dalam pengembangannya.
- ASP.NET Core
Sumber : ASP.NET Core
Framework dari Microsoft ini cocok untuk membangun aplikasi backend berbasis .NET dengan performa tinggi dan dukungan komunitas yang besar. ASP.NET Core menawarkan fitur seperti Dependency Injection, Middleware, serta dukungan untuk berbagai platform.
- FastAPI
Sumber : FastAPI
Jika kamu ingin membangun API yang cepat dan ringan dengan Python, FastAPI adalah pilihan yang sangat baik. Framework ini menggunakan tipe anotasi Python untuk memvalidasi data secara otomatis dan mendukung asynchronous programming untuk performa tinggi.
- Koa.js
Sumber : Koa.js
Dikembangkan oleh tim yang membuat Express.js, Koa.js menawarkan fleksibilitas lebih dengan penggunaan async/await yang lebih modern. Koa memberikan kontrol yang lebih besar atas request dan response, sehingga cocok untuk proyek yang memerlukan arsitektur yang lebih kompleks.
Framework Frontend
- React.js
React.js
Framework JavaScript ini sangat populer untuk membangun UI interaktif. React memiliki ekosistem yang besar dan banyak digunakan oleh perusahaan besar seperti Facebook, Instagram, dan Airbnb.
- Vue.js
Sumber : Vue.js
Vue menawarkan pendekatan yang lebih mudah dipelajari dibanding React dan tetap powerful untuk membangun aplikasi frontend yang kompleks. Vue memiliki fitur seperti reactivity, component-based architecture, dan kompatibilitas dengan berbagai library eksternal.
- Angular
Sumber : Angular
Framework dari Google ini berbasis TypeScript dan sering digunakan untuk membangun aplikasi enterprise dengan skala besar. Angular memiliki fitur two-way data binding, dependency injection, dan modularisasi yang sangat baik.
- Svelte
Sumber : Svelte
Berbeda dari framework lain, Svelte mengkompilasi kode JavaScript di tahap build, sehingga menghasilkan aplikasi yang lebih cepat dan ringan. Svelte tidak memiliki virtual DOM sehingga memiliki performa lebih baik dibanding React atau Vue.
- Alpine.js
Sumber : Alpine.js
Jika kamu butuh framework ringan untuk meningkatkan interaktivitas dalam HTML tanpa kompleksitas React atau Vue, Alpine.js bisa jadi pilihan. Framework ini cocok untuk proyek yang tidak membutuhkan SPA (Single Page Application).
Framework Fullstack
- Next.js
Sumber : Next.js
Berbasis React, Next.js memudahkan kamu dalam membangun aplikasi web dengan fitur SSR (Server Side Rendering) dan SSG (Static Site Generation). Next.js sangat populer untuk pengembangan website SEO-friendly dan mendukung integrasi dengan berbagai backend.
- Nuxt.js
Sumber : NuxtJs
Mirip dengan Nuxt.js , tapi berbasis Vue.js. Nuxt sangat cocok untuk membangun aplikasi web yang SEO-friendly serta mendukung server-side rendering dan static site generation.
- Meteor.js
Sumber : Meteor.js
Framework fullstack berbasis Node.js yang memungkinkan kamu membangun aplikasi dengan kode yang sama untuk frontend dan backend. Meteor menawarkan integrasi dengan MongoDB dan Blaze.js, serta dapat digunakan untuk membangun aplikasi real-time dengan mudah.
- Blitz.js
Sumber : Blitz
Blitz menyediakan pengalaman fullstack dengan pendekatan konvensional yang mempermudah pengembangan aplikasi. Framework ini memungkinkan pembuatan API otomatis dan memudahkan pengelolaan state dalam aplikasi.
- AdonisJS
Sumber : Adonis
Framework berbasis Node.js yang terinspirasi oleh Laravel, menawarkan pengalaman fullstack dengan fitur lengkap seperti ORM, autentikasi, dan validasi data. AdonisJS sangat cocok untuk membangun aplikasi yang membutuhkan struktur yang jelas dan skalabilitas tinggi.
Kesimpulan
Menjadi fullstack web developer berarti kamu perlu memahami baik frontend maupun backend. Dengan menggunakan framework yang tepat, kamu bisa menghemat waktu dan meningkatkan efisiensi pengembangan aplikasi.
Pilihlah framework yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan skill yang ingin kamu kembangkan. Jangan ragu untuk bereksperimen dengan beberapa framework agar kamu bisa menemukan yang paling nyaman untuk digunakan.
Jika kamu seorang pemula, cobalah framework yang lebih mudah seperti Express.js untuk backend dan Vue.js untuk frontend. Jika kamu ingin membangun aplikasi skala besar, pilihan seperti NestJS dan Angular bisa menjadi pertimbangan.
Khusus untuk kamu, harisenin ada bootcamp Full-stack Web Developer yang dimana membantu kamu dalam mengasah skill web developer, selain itu juga memiliki tutor berpengalaman yang pastinya ngerti soal framework web development ini supaya kamu ga bingung lagi harus mulai darimana. Bisa klik link dibawah ya!, buat info lebih lanjut.
Baca juga: