Menilai Kinerja HRD dengan Key Performance Indicators (KPI)
Sebagai seorang pekerja, Key Performance Indicator atau KPI adalah salah satu metode utama untuk menilai kinerja seseorang. Namun, apa yang terjadi ketika kita berbicara tentang departemen Sumber Daya Manusia (HRD)? HRD juga memiliki sejumlah KPI penting yang berfokus pada strategi perusahaan. KPI ini memainkan peran penting dalam mengukur sejauh mana departemen HRD mencapai tujuannya. Jadi, mari kita simak beberapa KPI yang umum digunakan dalam HRD.
Turnover Rate: Memahami Alasan Keluarnya Karyawan
Pertama-tama, kita punya turnover rate. KPI ini mengacu pada persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Tingkat turnover yang tinggi bisa menjadi tanda bahwa karyawan merasa tidak puas dengan lingkungan kerja atau kompensasi yang mereka terima. Ini adalah alarm bagi HRD untuk melakukan evaluasi yang mendalam.
Dengan memahami alasan di balik tingginya tingkat turnover, HRD dapat membuat penyesuaian dalam berbagai aspek, mulai dari kompensasi, hingga lingkungan kerja, dan budaya perusahaan. Dengan demikian, mereka bisa menciptakan lingkungan yang lebih memikat bagi para karyawan.
Retention of Talent: Menjaga Tenaga Kerja yang Berkualitas
KPI berikutnya adalah retention of talent. Meskipun memiliki kaitan dengan turnover rate, KPI ini berfokus pada menjaga karyawan yang berpotensi dan berkontribusi bagi perusahaan. Ini memberikan informasi berharga untuk perencanaan tenaga kerja dan rekrutmen. HRD perlu menyelidiki sejauh mana faktor-faktor seperti gaji, peraturan cuti, dan lingkungan kerja memengaruhi kemampuan mereka untuk mempertahankan karyawan yang berharga.
Durasi dalam Posisi: Kesempatan Pengembangan dalam Perusahaan
Selanjutnya, durasi dalam posisi juga merupakan KPI yang penting. Ini mencerminkan berapa lama seorang karyawan biasanya bertahan dalam posisinya sebelum mencari peluang pengembangan yang lebih baik. KPI ini membantu HRD untuk menilai apakah kesempatan untuk berkembang dalam perusahaan terbatas atau tidak. Jika terbukti bahwa karyawan hanya bertahan dalam posisi mereka untuk waktu yang sangat singkat, HRD harus berdiskusi dengan manajemen untuk mengatasi masalah ini.
Dismissal Rate: Menilai Pengakhiran Hubungan Kerja
Dismissal rate adalah KPI yang penting dalam HRD, mengukur sejauh mana perusahaan harus mengakhiri hubungan kerja dengan karyawan. Faktor-faktor seperti kontrak kerja, resignasi karena tidak mampu bekerja, atau pensiun dapat memengaruhi metrik ini. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja yang cukup besar, HRD harus melakukan investigasi mendalam. Mereka harus memastikan bahwa praktik rekrutmen dan onboarding sesuai dengan nilai perusahaan.
Tingkat Absensi: Mengukur Kehadiran dan Motivasi
Salah satu KPI yang umum digunakan dalam HRD adalah tingkat absensi. Ini adalah cara untuk mengukur sejauh mana karyawan termotivasi untuk hadir ke tempat kerja. Tingkat absensi mencerminkan tingkat motivasi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka dan berkontribusi pada pencapaian tujuan perusahaan.
Tingkat absensi yang tinggi dapat menunjukkan masalah dalam motivasi atau lingkungan kerja. HRD harus mencari cara untuk mengurangi tingkat absensi, seperti dengan memperkenalkan peraturan kerja jarak jauh atau menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.
Waktu Lembur: Mengelola Kerja yang Berlebihan
Waktu lembur adalah KPI lain yang berkaitan dengan tingkat absensi. KPI ini digunakan untuk mengidentifikasi tren karyawan yang masih bekerja setelah jam kerja. Ini bisa menjadi indikasi workload yang berat atau kekurangan dalam proses kerja perusahaan. HRD harus menyelidiki penyebabnya dan mencari cara untuk mengelola waktu lembur, sehingga tingkat absensi bisa lebih rendah.
Cost per Hire: Mengelola Biaya Rekrutmen
KPI lainnya adalah cost per hire. KPI ini mengukur biaya yang dikeluarkan untuk merekrut satu karyawan. Ini mencakup biaya pengiklanan lowongan, waktu yang dihabiskan untuk seleksi dan wawancara kandidat, serta biaya pelatihan karyawan. Dengan memahami biaya rekrutmen, HRD dapat membantu departemen lain mengelola anggaran mereka dengan lebih efektif.
Salary Competitiveness Ratio: Menarik Karyawan Berkualitas
Untuk menarik karyawan berkualitas, HRD perlu memastikan bahwa gaji yang ditawarkan perusahaan bersaing. Salary competitiveness ratio adalah KPI yang digunakan untuk mengukur sejauh mana gaji perusahaan bersaing dengan kompetitor untuk posisi yang serupa. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar peluang perusahaan untuk menarik karyawan berbakat.
Kepuasan Karyawan: Menciptakan Lingkungan Kerja yang Memuaskan
Kepuasan karyawan adalah hal penting dalam HRD. KPI ini mencerminkan seberapa puas karyawan dengan pekerjaan mereka di perusahaan. Semakin puas karyawan, semakin rendah tingkat turnover, yang pada gilirannya mengurangi biaya rekrutmen. HRD dapat melakukan survei secara berkala untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan dan mengatasi keluhan mereka.
Baca juga: 7 Tips Membangun Lingkungan Kerja yang Positif dan Nyaman untuk Perusahaan
Net Promoter Score: Mendorong Rekomendasi Karyawan
KPI terakhir yang umum digunakan dalam HRD adalah Net Promoter Score. Ini memberi wawasan tentang berapa banyak karyawan yang akan merekomendasikan perusahaan sebagai tempat kerja yang ideal. Dengan memahami alasan di balik skor ini, HRD dapat memperbaiki lingkungan kerja dan menciptakan budaya yang lebih positif.
Time-to-Fill (TTF): Efisiensi Proses Rekrutmen
KPI ini mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi posisi kosong dalam perusahaan, mulai dari saat posisi tersebut diumumkan hingga karyawan baru benar-benar mulai bekerja. Semakin singkat TTF, semakin efisien proses rekrutmen. TTF yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa perusahaan kehilangan waktu dan sumber daya berharga. HRD harus berfokus pada mengoptimalkan proses rekrutmen untuk mengurangi TTF.
Employee Engagement Score: Keterlibatan Karyawan
KPI ini mengukur tingkat keterlibatan dan komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan. Ini mencerminkan sejauh mana karyawan merasa terhubung dengan tujuan perusahaan, tim, dan pekerjaan mereka. Tingkat keterlibatan yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih baik, retensi yang lebih baik, dan keseluruhan kepuasan karyawan. HRD perlu bekerja untuk meningkatkan skor keterlibatan karyawan melalui survei dan tindakan yang sesuai.
Bagaimana Cara Untuk Berkarir Menjadi HR?
Apabila Kamu menginginkan pengetahuan lebih mendalam tentang penerapan dan pengembangan serta pengelolaan strategi HR?. Kamu bisa mengikuti harisenin bootcamp human resources.
Di bootcamp harisenin kamu akan belajar selama 5 - 6 bulan untuk mencapai karir menjadi seorang HR. Jika kamu tertarik bisa tanya-tanya di link berikut.